Jumat, 01 Agustus 2025

RINDU RUMAH


Sudah hampir seminggu aku tak pulang. Rindu itu mengendap di dada, menggumpal tiap kali pandanganku jatuh pada kunci rumah yang kusimpan di saku jaket. Kunci kecil itu, sepotong logam yang mengantarku pada dunia yang paling nyaman: rumah.

Rumah kecil, tapi lapang di hati. Di dalamnya ada tawa istri, ada riang anak, ada kehangatan yang tak tertandingi oleh tempat mana pun di dunia ini. Pernah dulu aku bermimpi menjelajah, menjejakkan kaki di tanah-tanah asing, menghirup udara dari negeri yang jauh. Aku ingin mendaki gunung-gunung tinggi, melihat matahari terbit dari puncaknya. Aku ingin melangkah di lorong-lorong bersejarah, menapaki jejak para leluhur. Aku ingin menyeberangi laut, bertemu orang-orang dari negeri seberang.

Tapi baru sampai Bandung saja, hatiku sudah berat. Kunci rumah ini seakan berbisik, memanggil-manggilku pulang.

Ah, rumah. Ada kebahagiaan yang tak bisa kutemukan di luar sana. Di luar rumah, aku bertemu kesusahan. Di warung, di jalanan, di tengah hiruk-pikuk dunia. Lalu, saat aku kembali, aku membawa secuil kisah dari luar, membagikannya kepada istri dan anak. Dan sebaliknya, segala lelah dan duka yang melekat di tubuhku, kularutkan dalam kehangatan rumah. Seolah-olah rumah adalah tempat penyucian, tempat segala beban luruh menjadi kelegaan.

Rumahku sederhana, didominasi warna putih. Dinding-dindingnya putih, pintu-pintunya putih, jendelanya pun putih. Aku ingin hati ini pun seputih itu, sebersih itu. Tapi noda tetap saja ada, bercak-bercak samar yang sulit dihapus. Namun bukankah putih masih tetap dominan? Maka biarlah, kelak akan kuperbarui lagi, akan kupoles lagi, hingga rumah ini tetap bercahaya, seperti hatiku yang selalu ingin kembali kepada kebaikan.

Saat ini, aku hanya bisa menitipkan rumah itu kepada Tuhan. Menitipkan kehangatannya, kebahagiaan di dalamnya, serta orang-orang yang kucintai. Sementara aku jauh, sementara kunci ini masih erat dalam genggamanku. Semoga tak jatuh, semoga tak hilang. Sebab kehilangan kunci berarti kehilangan jalan menuju rumah. Kehilangan cara untuk kembali ke tempat di mana aku merasa paling utuh.

Aku ingin pulang. Ingin kembali merasakan damainya duduk di ruang tamu, mendengar canda istri dan tawa anak, merasakan bahwa di sinilah segala pencarian berakhir. Bahwa sejauh apa pun kaki melangkah, rumah selalu menjadi tempat yang paling ingin kudatangi lagi.

Mungkin ini hikmahnya. Mungkin aku tak perlu bermimpi terlalu jauh. Dunia ini luas, tapi rumah pun sudah seluas dunia. Segala keindahan sudah ada di dalamnya. Kesusahan telah dibuang ke luar, yang tersisa hanyalah kasih sayang dan kegembiraan.

Ya Tuhan, izinkan aku segera pulang.
Karena rumah adalah tempat yang paling ingin kutuju, selalu.

Senin, 21 Juli 2025

“Akankah Solo Hiking Pulosari?”. Jurnal Perjalanan Ke Gunung Pulosari Via Cihunjuran with Banten Adventure Club (BAC). 19 Juli 2025.

 


 Hal yang mendasar dari naik Gunung Pulosari kemarin adalah kesenangan. Aku udah mendasari adanya kesenangan atau hobi naik gunung ini. Hobi yang akan hilang dengan sendirinya. Tetap bersujud kepada Al Kabir. Yang Maha Besar. Indah ciptaan-Mu Tuhan. Tiada daya dan upaya selain dengan pertolongan Allah, tetap. Alhamdulillah, ketika naik menuju puncak, Alhamdulillah ala kulli haal, ketika turun gunung itu.  Tapi tetap didasari oleh hobi atau kesenangan.  Jadi,… ya terlaksana, naik dan turun gunung itu. Mudah-mudahan banyak kebaikannya. Senang, keluar keringat. Olahraga naik gunung, pengen berhenti, tapi sudah seperti candu.

          Ada banyak hal yang sepertinya tidak dapat dituliskan, tidak dapat dikatakan. Jalani saja, nikmati. Tapi memang Gunung Pulosari ini jalurnya 90% adalah kesenangan. Aku enjoy dengan Gunung Pulosari ini.. Entah karena faktor apa?.  Tapi sebelum naik Gunung Pulosari tersebut, seperti sudah mensetting rasa, dalam pikir, bahwa ini perjalanan kesenangan, perjalanan hobi.

Saya teringat teman naik Gunung Salak yang bercerita, pernah naik Gunung Pulosari, dan dia cerita yang menyenangkan. Saya mengingatnya itu selalu. Dan itu yang mendasari perjalanan kemarin dan memang enjoy perjalanan kemarin itu. 90% enjoyable. This is my first time in Mount Pulosari.

Nggak inget faktor usia. Saya mendaki bersama senior-senior pendaki gunung; Pak Ehan, Pak Yusuf, Pa Hamim, Pak Isa, Pak Najib Hamas, Wabup Kab. Serang Banten.,  Pak Syahroni, Pak Bahri, Pak Malik, Pak Wiji dan bapak-bapak Ustadz senior lainnya. Afwan nggak kesebut semuanya. Seingat saya, pendaki sebaya, sudah pasti tim leader Dan Oka, Fungki, Didi, Musa, Ayip, Kang Julianto, Madan, Afzalu, Sudrajat, Ujang.

 Ibu-ibu; Bu Ina, Bu Sukma, Bu Rita, dll maaf ngga kesebut satu persatu. Peserta gen-Z dan milenial; anak-anak Pak Malik, adik-adik dari Puri Anggrek dan lain-lain Afwan nggak kesebut satu-satu .  Peserta anak-anak; Ahsan, putra Pak Topan panitia, dan Zihar putra Pak Romi panitia. total pendaki 61 orang tidak jauh dari yang direncanakan panitia. Mendaki bersama seperti ini mengasyikkan. Manajemen pendakian berjalan lancar. Tentu tetap banyak masukan bagi panitia.

Nggak ada olahraga selain hiking ini, bagi saya, yang menguras keringat,  plusnya adalah pemandangan alam yang menyegarkan mata batin dan kasat mata. Hiking, naik dan turun menguras keringat. Segar ke badan, sehat, mudah-mudahan seperti Pak Ehan, yang sepertinya paling senior masih hobi naik gunung.

Saya merasa letih yang sangat, ketika turun dari Pos 3 ke pos 2, lalu pos 1, lalu Basecamp Cihunjurun kemarin itu, kok seperti nggak sampai-sampai. Berkali-kali aku Istighfar dalam hati  dan zikir-zikir lain yang kuingat. Rekan lain bercanda-bercanda, aku tersenyum aja. Kadang tertawa. Mungkin menghibur dan berusaha melupakan kelelahan. Sedikit membantu. yang kurasakan kelelahan tetap ada, air minum menipis, bahkan habis di  daypack. Tapi begitu Dan Oka putar MP3, “Gaza Gaza Gaza Palestina merdeka”, hampir netes air mata, kutahan. Entah berapa persennya kelelahan ini dibanding mereka di Gaza. Ya Tuhan.. tolong mereka, ampuni kami.  Hampir menyerah, aku, doa aja yang bisa dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Ahsan, anak kelas 2 SD bergantian aku senteri lampu dengan Zihar, dia bawa headlamp. Kang Julianto yang akhirnya membawa mereka turun sampai BC.

Beberapa kejadian yang membuat senyum tersungging, ketika Uda ZB, mau meninggalkan tamu VIP kali ini, Pak Ustaz Najib. Kalau tidak salah selepas istirahat kurang lebih jam 20.00 WIB di pos 2,5 ya. “Pak wakil dah turunkan?” rekan yang lain komentari “itu masih di belakang. Masa mau ditinggal?”. Sejak awal pendakian dari Basecamp Cihunjuran, Pak Wakil Bupati Kabupaten Serang, dikawal oleh Uda ZB dan kelompok 1. Semoga Pak Najib Hamas nggak bosan nanjak bareng BAC lagi ya pa. Mohon maaf bila masih banyak kekurangan di sana-sini dari kami panitia.  Quote yang saya ingat dari beliau “Hidup pasti banyak tantangan, tetaplah fokus pada tujuan”. Sips. kejadian lain yang teringat olehku dan membuat senyum tersungging adalah ketika seorang pendaki, non BAC, duduk di belakang Pak wakil dan hampir mematahkan kursi bambu itu di pos 1,5 kalau nggak salah. Dia bolak-balik ke sana kemari, cari tempat buat istirahat duduk lagi. Dan dapatlah di depan Pak Wakil. Mungkin hampir 5 menit dia baru tersadar, ‘ini di hadapan saya Pak Wakil’..,.. barulah dia samperin Pak Najib,.. ‘eh Bapak. Maaf baru ngeuh’. Salaman diikuti rekan-rekan satu timnya. Kalau nggak salah dia kerja di Bina Marga, lalu foto-foto seperti biasa.

Iyang, teman perjalanan yang sering banyak ngobrol dengan aku. Alhamdulillah, kalau nggak ada Iyang, mungkin aku lebih banyak ngomong sama diriku sendiri, seperti biasa, atau banyak bicara di HT. Tapi ketika turun dari Pos 3 pun, obrolan dengan diri tetap berkecambuk dalam kepala… pikir itu mikir ini. Kontemplasi itu, kontempsasi ini.. Halah. hehehe lupa apa yang harus ku tulis hasil kontemplasi itu.  Banyak. Hanya saja aku harus fokus berjalan. nggak pegang kertas dan pulpen. Aku pegang tracking pole punya Pa Hamim ternyata.  Aku merasa bersalah ke beliau kirain tracking pole yang aku pakai, milik Dan Oka, ternyata punya beliau. Maaf ya Pak Hamin. Aku kembalikan ketika turun dari pos yang ada toilet tertutup terpal biru, tempat aku dan Iyang ngopi, nikmatnya. Thanks God. Aku nemu tongkat kayu di situ. Kok pas banget, kubawa tongkat itu sampai rumah, sepertinya dari batang Pohon Trembesi, kokoh. Aku izin bawa pulang sama orang di Basecamp Cihunjuran. “Bawa aja Pak”, katanya. Thanks..

Rekan-rekan Korsad dan kelompok 1 yang kawal Pak Wakil, luar biasa. Sabar menemani beliau. Uda ZB, Pak Kusnadi dkk,  orang-orang yang sudah teruji di alam liar sepertinya. Aku nggak bakalan sanggup jadi Korsad. Jangan ajak-ajak saya jadi Korsad ya.. 😊 Bareng Jalan Mereka aja suatu kebanggaan bagi saya, pecinta alam biasa. Pak Ehan bercerita, hanya bisa sampai tingkat dasar 3, belum jadi Korsad 100%. Teringat Mas Herman di Bogor pernah bercerita, “Berat kalau mau jadi Korsad”. He told me many things. Oka juga cerita.  Terus aku nyerah saja dengar cerita Mas Herman dan Oka.

 Aku seperti kepikiran ingin kembali lagi nanjak ke Gunung Pulosari Via BC Cihunjuran ini. Aku menyebutnya, gunung yang friendly. Sejauh ini, Aku merasa nyaman naik gunung kemarin itu. Treknya yang bisa dilalui dengan nyaman atau entah mungkin aku mendasari perjalanan kemarin dengan kesenangan yang sudah di set di hati dan pikiran, dimana sebelumnya, di rumah Aku diare dan hidung meler terus. Tapi begitu sampai BC, sembuh. Alhamdulillah… Allahu Akbar. Aku merasa perut nggak beres lagi, setelah makan Pop Mie di basecamp jam 21.00-an bareng Iyang. Lalu aku izin ke Oka dan Pak Yusuf mau ke toilet. Plong.

Spot-spot tertentu sebelum Puncak indah banget pemandangannya. Mungkin pembaca harus lihat videonya. Beberapa gunung terlihat jelas, Selat Sunda, Gunung Krakatau, Gunung Rajabasa sepertinya, Gunung Karang terlihat jelas indah dari kejauhan, Subhanallah, Allahu Akbar, kecilnya aku, ego kesombongan yang besar, maafkan kami Tuhan,.. sering lupa kepada-Mu.

 Gunung Pulosari 1343 mdpl. Gunung tersebut seperti welcome, menyambut kami kemarin itu. Tim  panitia 12 orang, peserta 49 orang. Cuaca cerah, tidak mendung, jalanan kering, hari sebelumnya tidak ada hujan sepertinya. Mestakung, Semesta Mendukung. Kami enjoy banget naik via BC Cihunjuran itu.  Coach Madan membimbing peregangan dan pemanasan di basecamp. Seru. Kalau nggak salah aku berpasangan sama Pak Mulyadi atau Pak Nasrul ya? ketika peregangan pemanasan itu.  Kocak juga Coach Madan membimbing acara tersebut. Tim pendakian dibagi menjadi 6 Kelompok. Walau fleksibel ketika sudah berjalan. Enjoy saja.  Kalau nggak salah, dari info di HT yang ku pegang, jam 12 kurang sudah ada yang berhasil summit. Sepertinya milenial dan gen Z yang muncak duluan. Aku enjoy jadi sweeper bareng Pak Bahromi. Walau akhirnya Pak Bahromi nyuruh aku naik aja duluan.

Aku teringat ketika lewat menuju Basecamp Cihunjuran dari tempat parkir mobil, penduduk lokal ngobrol dengan temannya, “Heran, Jaba cape naik gunung teh. mayar deui tilu puluh rebu. tapi loba bae nu naek gunung”

He won't  understand about hiking_ sweaty, friendship, serenity, adventure, danse trees,  fresh air, smooth land,  luxury view, charity, helpfull each other, regard each other, loving, laugh out loud (LOL), Summit, preparing, processing, evaluation, planning, managing, controlling, mindfull, mindset, caring, heart breaking, sacrifice, illusion, hopelessness_  until He hike twice, wherever. Banyak unsur lain yang hadir dalam hiking, aku pernah lihat penampakan ketika turun Semeru LOL. Mungkin kelelahan yang sangat ketika itu. Pada akhirnya kita mensyukuri apa yang Tuhan beri, berterima kasih kepada orang-orang pilihan-Nya, berterima kasih pada orang-orang baik di sekitar kita, tetap belajar, berproses, mencari ilmu yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Ingin masuk surga. Aamin..

 Saya di amanahi jadi TG atau team guide. Awalnya aku kira inisial Namaku, Tedi Gumelar. Makasih Dan Oka, Maaf bila belum maksimal jadi TG bagi kelompok 5. Cinangka Ranger plus Iyang. Pak Ehan, Pak Ujang, Pak Syahroni, Rozak, Afzalu dan istri beliau. La haula walaa quwwata illa billah- aja, diajakin oleh Oka jadi panitia di komunitas BAC ini. Pendakian pendakian ke Papandayan, Semeru, Slamet, Salak, aku jadi anggota tim aja. Dan sebetulnya enjoy jadi anggota tim. Tapi Bismillah, belajar jadi panitia, senang bisa pegang HT, ngasih masukan, ngerecokin. Mudah-mudahan ada kebaikan.

Saya mendengar Dan Oka dzikir Ma’tsurat ketika bawa Hiace  dari meeting point di Serang dan ngebut banget. Aku mikir dalam hati, semoga selamat. ‘Budal selamat, Mulih selamat’. Tagar komunitas MAI (Moslem Adventure Indonesia) ketika sumit Gunung Slamet, tapi kurasa penumpang-penumpang atau para pendaki di Hiace berdzikir semua, dibawa ngebut gitu sama Dan Oka. Mungkin biar itenary/sunara terkejar.

Secara umum pendakian ini berjalan lancar. Semoga para pendaki Gunung Pulosari yang tergabung di BAC kali ini puas dengan layanan panitia.

 Sampai puncak sinyal di HP alhamdulillah ada. Ampun,  teman kerjaan, nelpon lagi masalah kerja ketika di pos 2,5 kalau nggak salah. Ketika itu aku lagi ngopi sama Iyang. Sisi yang lain aku jadi update status WA terus.. “wa ammaa bini’mati robbika fa haddist”.. .

Hari-hari sebelum naik Gunung Pulosari ini disibukan dengan pekerjaan seperti biasa, tapi tidak atau belum merasakan kepenatan. Yang kuingat, aku sakit flu, yang saya pikir, akan membatalkan hiking kali ini. BAB beberapa kali/diare. Aku sudah pasrah, bila memang nggak jadi berangkat. Aku akan izin di grup panitia. Pagi jam 01.00 aku terbangun, dan merasa sehat. Aku pikir, Aku bisa berangkat dengan perbekalan yang minim. Alhamdulillah. Cairan di hidung hilang ketika naik gunung, diare tersumbat, tergantikan dengan view cantik di atas Gunung Pulosari.

Gunung Pulosari ini bersahabat, yakin aja itu. Senang. full with Joy  90%. Tetapi setelah menulis ini saya merasa 100%. Banyak terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya teringat didampingi banyak  asma Allah. Asmaul Husna di trek menuju puncak itu. Banyak penanda arah ke puncak ditulisi dengan nama-nama Allah yang baik. Saya ingat Al Kabir, Al Mujib, Al Jalil, Al Hasib. Subhanallah. apresiasi besar kepada pengelola track Basecamp Cikunjuran. Jadi seperti dzikir terus pas naik itu. Yang saya ingat Kang Asep dan kawan-kawan tentunya, pengelola, BC Cihunjuran tertata rapi, nyaman seperti Cafe, ada toilet duduk juga seingatku.

 Sampai Pos 3 jalanan landai. Lepas Pos 3, mulai nanjak. Tapi ya itu tadi, ada kesenangan menjadi dasar hiking kali ini. Jadi, ya senang aja.

Kutipan puisi  ‘The Road Not Taken’, yang mungkin nyambung dengan perjalanan ini. Karya Robert Frost..

I shall be telling this with a sigh

Somewhere ages and ages hence:

Two roads diverged in a wood, and I—

I took the one less traveled by,

And that has made all the difference.

 

 

11:14 am

www.tedigumelaran.blogspot.com

Fataqobbal minna…

 

 

Selasa, 13 Mei 2025

Mt Karang; Forgiving Process

 First time look at Mt Karang at Sukarena Basecamp, Serang District Banten Provincy,  I feel, I see Mt Slamet, higest mountain in Central Java, from Brambangan Basecamp. It was full with difficulty. I feel i will give up in this journey. I am at 45 years old,  this year. The track was so fabolous, exactly after second shelter (Pos Sd). But the view was so beautiful. Feel we life above the clouds. It was more difficult than Mt Salak in Bogor.



Alhamdulillah at May 12, 2025, I hike with
Banten Adventure Club. 40 people take place in this activity. Maybe half of them reach the top of this Mt Karang. I got many wisdom as 'hikmah' from this journey. I see Fargob, Ahsan. They are youngest participant in this journey. But they still enjoy the trip. Never think bad condition like me. They make the track as the place to play for them. I can not accept this for the first time, see them in a mountain. It was a difficult way for them to face life. I make many conversation with Fargob's father in the track to top and in the track to down montain. I can feel their condition. From senior cityzen, i get many lesson too. Just enjoy life. Reach just the limit that can be bear. Not try to force to reach the top. Enjoy what can be enjoyed. Feel try to smile life. I got the lesson from the leader. Oka. Accompany me. The last summiter down to basecamp. Full with patience. But still in full spirit with Souratul Haroqah nasyid. Thank for the journey. The adventure. "Hiking Ceria"🤭



After in year 2018 Mt semeru, 2017 Mt Salak, 2015 Mt Slamet, 2014 and 2007 Mt Semeru,  I can stand in a mountain again. Feel so great experience. Many Thanks to God almaigthy.  Its so hard journey. I think I should fight with my ego. And it was the first thing, I kept in my head, that  I should win agains my self. It was not a mountain that should I feet. But my ego should be under my foot. I dont know, whether I win or lost.
The greatest thing that I feel is, I can do pray in the peack of mountain. I forget to pray in my first time in Mt Semeru. I shoud pray subuh at that time. But really, I can't remember God Almighty at that time. I did pray subuh at almost Kalimati near Arcopodo, down to Kalimati Shelter again. I hope, better life take place in my life.
Stll anÄ£er to my father? I dont know. Maybe it can be appear if satan do bad thing. I do not want that satan wrong me. May allah forgive me. Protect us, Forgive us. Garden can be enjoyed in this dunia. Other lesson that i get from the trip; First,  Sometimes we should stop to reach next level of us. The existence of shelter (pos). Secondly, Please just relax our mind. Relax our body, to the next level. Third one, Dèep thing in life is we win agains our self.

Tirta Nada. May 13, 2025. At 2.44 pm. Finish the writing. Www.tedigumelaran.blogspot.com


Minggu, 20 April 2025

Sholat Menampung Rasa

Sholat bukan sekadar rangkaian gerakan fisik atau bacaan yang diulang lima kali sehari. Lebih dari itu, sholat adalah tempat paling tenang bagi jiwa yang sedang lelah, resah, maupun gelisah. Di dalamnya, setiap rasa yang kita miliki ditampung tanpa syarat. Rasa senang yang meledak dalam dada, rasa syukur atas kabar baik, rasa haru karena doa yang terkabul—semuanya bisa kita tuangkan dalam sujud yang paling dalam. Ketika hati dipenuhi kebahagiaan, sholat menjadi wadah untuk mengungkapkan terima kasih kita kepada Sang Pencipta dengan penuh ketulusan.
Namun, sholat juga tidak menolak kehadiran rasa yang lebih muram. Ketika hidup terasa berat, saat kesedihan seperti tak ada ujungnya, dan dunia seolah berpaling, maka sholat adalah pelabuhan yang paling setia. Rasa hampa yang menggerogoti semangat, rasa gundah yang mengguncang keyakinan, bahkan rasa gulana yang tak tahu harus bagaimana, semuanya bisa kita bawa ke hadapan Allah. Dalam setiap takbir, ruku, dan sujud, ada ruang untuk mencurahkan isi hati yang tak sanggup dibagi kepada siapa pun. Allah Maha Mengetahui, bahkan sebelum kita sempat menyusun kata-kata untuk mengadu.
Itulah keindahan sholat—ia menampung seluruh rasa, tanpa batas dan tanpa penghakiman. Sholat menjadi tempat yang tidak hanya menyatukan tubuh dengan Tuhan, tetapi juga menyatukan rasa dengan penerimaan. Di sana, tidak ada rasa yang dianggap remeh, tidak ada emosi yang dibiarkan terpendam sendirian. Sholat mengajarkan kita bahwa setiap langkah hidup, setiap rasa yang pernah ada, selalu punya tempat untuk pulang. Dan tempat itu adalah sajadah yang kita bentangkan, lima kali sehari, di hadapan Dia yang Maha Mendengar.

Rabu, 26 Februari 2025

mungkin Masjid Al-Ukhuwah akan ngomong kaya gini :) :

Makasih yaa,

Udah sapuin sampah sampah dihalaman

Udah lap kaca jendela

Udah sikat, pel lantai masjid

Udah siram dinding

Udah pasang speker

Udah gosok lantai toilet

Udah pasang lampu

Udah pasang kanopi

Udah bawa makanan dan minuman

Udah londri mukena

Udah beli karpet baru

Udah kasih wangi wangian

Udah cuci terpal

Udah sapu lantai

Udah perbaiki kapstok

Udah sedot debu di karpet

Udah kuras toren

Udah pasang konblok

Udah perbaiki kipas angin

Udah jemur keset

Udah cabut rumput

Udah perbaiki sound system

Udah pasang kipas angin baru

Udah perbaiki kran air

Udah perbaiki lampu wc 

Udah bersihin gudang

Udah pasang fiber

Udah sanctify My House

Udah berbuat banyak hal baik untuk masjid

Fataqobbal minnaa

Terimalah ibadah kami

Shollu alannabii

Allahumma sholli wa sallim wa baarik alaih 


Www.tedigumelaran.blogspot.com

Selasa, 04 Februari 2025

Kekejaman di Luar Nalar: Tragedi di Palestina

 Pendahuluan

Konflik yang berkepanjangan di Palestina telah menjadi sorotan dunia selama puluhan tahun. Kekejaman yang diperlihatkan oleh Zionis terhadap rakyat Palestina telah melampaui batas kemanusiaan. Tanah yang diberkahi oleh Allah SWT itu kini menjadi saksi penderitaan ratusan ribu manusia yang dibantai dengan keji. Peristiwa-peristiwa tragis ini tidak hanya menjadi luka mendalam bagi rakyat Palestina, tetapi juga menjadi ujian luar biasa bagi umat Islam dan seluruh manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Terakhir, pimpinan Hamas, Asy-Syahid Ismail Haniya, menjadi korban kekejaman mereka. Pembunuhan ini menambah panjang daftar kejahatan perang yang dilakukan oleh Zionis terhadap rakyat Palestina. Tulisan ini merupakan opini pribadi berdasarkan kenyataan yang terjadi saat ini di bumi yang pernah menjadi tempat diutusnya para nabi oleh Allah SWT.
Sejarah Panjang Penjajahan dan Perampasan Tanah
Konflik antara Palestina dan Zionis berakar sejak awal abad ke-20 ketika gerakan Zionisme mulai mendorong pendirian negara Israel di tanah Palestina. Dengan dukungan dari kekuatan-kekuatan besar dunia, terutama setelah Perang Dunia II, wilayah Palestina secara sistematis direbut melalui berbagai cara, termasuk kekerasan dan pengusiran paksa.
Pada tahun 1948, Nakba (bencana) terjadi ketika lebih dari 750.000 warga Palestina diusir dari tanah mereka, rumah-rumah dihancurkan, dan desa-desa mereka diluluhlantakkan. Sejak saat itu, Israel terus memperluas pendudukannya dengan mendirikan pemukiman ilegal di Tepi Barat dan melakukan blokade ketat terhadap Gaza, menciptakan penderitaan yang tak berkesudahan bagi rakyat Palestina.
Genosida dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Kekejaman yang terjadi di Palestina bukan sekadar konflik biasa, tetapi sudah mencapai tingkat kejahatan terhadap kemanusiaan. Serangan udara tanpa pandang bulu telah menghancurkan rumah-rumah, sekolah, rumah sakit, serta tempat ibadah. Ribuan nyawa tak berdosa, termasuk anak-anak dan wanita, telah melayang akibat serangan brutal yang dilakukan oleh Zionis.
Organisasi internasional seperti PBB dan Amnesty International telah berulang kali mengutuk tindakan ini. Namun, hingga saat ini, dunia tampak belum mampu menghentikan kekejaman yang terus berlangsung. Blokade terhadap Gaza telah menyebabkan kelangkaan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya, membuat kehidupan semakin sulit bagi warga Palestina yang bertahan.
Perlawanan Rakyat Palestina
Di tengah penderitaan yang tiada akhir, rakyat Palestina terus menunjukkan ketabahan dan perlawanan. Mereka tidak tinggal diam terhadap penjajahan yang mereka alami selama puluhan tahun. Dari Intifada pertama pada tahun 1987 hingga perlawanan saat ini, semangat perjuangan mereka tidak pernah padam.
Perlawanan Palestina bukan hanya melalui perjuangan bersenjata, tetapi juga melalui diplomasi dan perlawanan sipil. Banyak aktivis, jurnalis, dan pemimpin Palestina yang terus menyuarakan ketidakadilan yang mereka alami di berbagai forum internasional. Namun, banyak dari mereka yang akhirnya menjadi korban represi dan pembunuhan terencana oleh Zionis.
Media Sosial dan Kesadaran Global
Di era digital ini, kekejaman yang dilakukan oleh Zionis semakin sulit untuk disembunyikan. Video-video yang beredar di media sosial menunjukkan dengan jelas bagaimana rakyat Palestina diperlakukan dengan keji. Dunia kini bisa menyaksikan secara langsung penderitaan yang mereka alami, meskipun propaganda media arus utama sering kali berusaha memutarbalikkan fakta.
Banyak aktivis dan masyarakat dunia yang bersolidaritas dengan Palestina, mengadakan demonstrasi dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran global. Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap Israel semakin gencar dilakukan oleh berbagai negara sebagai bentuk protes terhadap kebijakan apartheid yang diterapkan oleh Zionis terhadap rakyat Palestina.
Kesimpulan
Tragedi di Palestina adalah salah satu kejahatan kemanusiaan terbesar di era modern. Kekejaman yang dilakukan oleh Zionis bukan sekadar konflik regional, melainkan perampasan hak hidup sebuah bangsa. Dunia memiliki tanggung jawab moral untuk menghentikan kejahatan ini dan memperjuangkan hak rakyat Palestina untuk merdeka dan hidup dalam kedamaian.
Sebagai umat Islam dan manusia yang menjunjung tinggi keadilan, kita tidak boleh diam terhadap ketidakadilan ini. Dukungan dalam berbagai bentuk, baik melalui doa, sumbangan, maupun penyebaran informasi yang benar, adalah langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk membantu perjuangan rakyat Palestina. Semoga Allah SWT memberikan kemenangan dan ketabahan bagi mereka yang tertindas. Amin.